Sidoarjo, Ankasapost.id-Kepala desa yang menjadi ujung tombak dalam pemerintahan dan berhadapan langsung dengan masyarakat, bisa ikut berperan dalam menekan angka inflasi terutama dalam soal pangan.
Ajakan itu disampaikan politisi senayan dari Fraksi PDI Perjuangan itu dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Identifikasi Potensi Perekonomian Daerah Untuk Menghadapi Inflasi bersama puluhan Kepala Fesa se-Sidoarjo di Fave Hotel Sidoarjo Rabu (8/3/2023).
Anggota Komisi XI DPR RI Indah Kurnia mengatakan,” diketahui Jawa Timur merupakan penyumbang perekonomian nasional ke dua terbesar setelah DKI Jakarta. Jadi jika ibu kota negara pindah ke Kalimantan Timur, Indah menilai Jawa timur siap menjadi kontributor penyumbang perekonomian nasional nomor satu.
“Kelebihan Jawa Timur sektornya bermacam-macam beragam pariwisata, pertanian dan perdagangan, artinya banyak sumber pertumbuhan ekonomi yang ada di Jawa Timur.
Tipikal masyarakat Jawa Timur termasuk pemangku kepentingan, stakeholder-nya itu semuanya terbuka dan mampu berkolaborasi dengan efektif,”
Ia juga mengapresiasi para Kepala Desa yang jadir dengan memberikan sebutan Kepala Desa yang KEREN. Ia pun memberikan uraian bahwa KEREN adalah kependekan dari
Kompeten
Ejael – prigel yang artinya tidak malas atau gesit
Tanggap
Rasional
Empati
Nasionalis
Hadir juga dalam kegiatan tersebut adalah Budi Hanoto Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur. Dalam paparannya ia menjelaskan mengenai beberapa kebutuhan pokok yg seringkali memgalami inflasi terutama dalam momen Ramadhan nanti. Barang tersebut antara lain, Gula dan telur. Hal itu disebabkan karena permintaan akan melonjak drastis.
Narsumber lain yang bergabung secara Zoom adalah Paring Waluyo Utomo dari direktorat perekonomian DPP PDI Perjuangan. Dalam paparannya Paring menyampaikan bahwa ada 8 agenda pengendalian inflasi di desa, antara lain adalah penyediaan data dan informasi hasil produksi dan harga komoditas di desa terutama pangan. Selanjutnya Produksi komoditas dari dalam desa, terutama pangan dan energi.
Point nomor tiga adalah kegiatan ekonomi terpadu mulai dari pasokan bahan baku, proses produksi, konsumsi, serta daur ulang limbah untuk kebutuhan energi. Keempat pengelolaan ketersediaan komoditas di desa terutama pangan dan energi. Lima Bantuan kepada kelompok pengelola usaha tani dan nelayan.
Point ke enam pada paparan ini adalah bantuan kepada unit usaha angkutan bahan pangan pada BumDesa. Ketujuh adalah penyiapan dan pengembangan pusat logostik di desa. Terakhir adalah perdagangan online secara terbatas didalam desa atau kerjasama antar desa.( Bd )