Surabaya,AnkasaPost.Id-Pada Kamis, 09 Mei 2024, Tim Pengabdian masyarakat UPN Veteran Jatim bekerja sama dengan RT Gunung Anyar Kidul Surabaya dalam kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Kader Posyandu Gununganyar Surabaya untuk Menuju Zero Stunting melalui Diversifikasi MPASI dan Pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal. Tim dari UPN melibatkan Dr. Endang Sholihatin, dr. Fara Disa Durry, dan Henni Endah, M.Kom., serta beberapa mahasiswa.
Endang Sholihatin, ketua tim dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa, “Para kader posyandu menjadi garda depan untuk melakukan deteksi dini dalam mencegah stunting dan mewujudkan zero stunting di Surabaya khususnya Kelurahan Gununganyar. Dengan terwujudnya zero stunting, diharapkan kota Surabaya khususnya Kelurahan Gununganyar dapat menjadi kelurahan percontohan yang dapat diikuti oleh kelurahan-kelurahan lainnya.”
Perlu diketahui, bahwa makanan pendamping ASI (MPASI) yaitu makanan yang mudah dikonsumsi dan dicerna oleh bayi. MPASI yang diberikan harus menyediakan nutrisi tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang sedang bertumbuh. Walaupun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tetapi bayi berusia > 6 bulan membutuhkan lebih banyak vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Kebutuhan gizi yang tinggi ini tidak bisa hanya didapatkan dari ASI, tetapi juga membutuhkan tambahan dari makanan pendamping ASI. Selanjutnya, MPASI membuat bayi memiliki sumber nutrisi yang lebih lengkap. Kebutuhan gizi yang tinggi ini tidak bisa hanya didapatkan dari ASI, tetapi juga membutuhkan tambahan dari makanan pendamping ASI. Tujuan diberikannya MPASI pada bayi yaitu untuk melatih dan membiasakan bayi mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya seiring dengan pertumbuhan, perkembangan, dan pertambahan usianya (https://promkes.kemkes.go.id/?p=8929).
Berikutnya, kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal diharapkan dapat membentuk kemandirian keluarga dalam menyediakan makanan yang berkualitas bagi Ibu Hamil dan Balita. Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 30 jenis ikan, 6 jenis daging, 4 jenis unggas; 4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buahbuahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu (Badan Ketahanan Pangan, 2020 dan Neraca Bahan Makanan, 2022). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi Ibu hamil dan balita. Namun demikian ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan dasar Makanan Tambahan (MT).
Merujuk pada WHO (2020), diketahui bahwa stunting adalah kondisi balita yang pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 HPK (www.who.int.). Dengan begitu, stunting merupakan kondisi balita yang pertumbuhannya di bawah standar normal tumbuh kembang balita.
Untuk mencegah stunting dan mewujudkan zero stunting di Surabaya khususnya Kelurahan Gununganyar, dilakukan melalui diversifikasi MPASI dan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal. Makanan pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang mudah dikonsumsi dan dicerna oleh bayi. MPASI yang diberikan harus menyediakan nutrisi tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang sedang bertumbuh. Walaupun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tetapi bayi berusia > 6 bulan membutuhkan lebih banyak vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Kebutuhan gizi yang tinggi ini tidak bisa hanya didapatkan dari ASI, tetapi juga membutuhkan tambahan dari makanan pendamping ASI.